Pengalaman baik dari Henny Puji, lulusan Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional, batch 6. Mbak Henny saat mendapati anaknya berada di dalam fase kecanduan gadget dan mencari solusinya.
Halo, Sahabat Ipedia!
Pengalaman baik kali ini datang dari Henny Puji, lulusan Bunda Sayang, Institut Ibu Profesional, batch 6. Mbak Henny membagikan pengalamannya saat mendapati anaknya berada di dalam fase kecanduan gadget.
Problematika ini mungkin tidak hanya dialami oleh Mbak Henny seorang. Ada banyak orang tua yang mengalami masalah serupa dan masih bingung bagaimana harus menyikapi anak-anak yang sudah terlanjur kecanduan gadget.
Pengalaman Mbak Henny ini kami rangkum dalam artikel berikut. Yuk, baca sampai selesai!
Pandemi Membuat Anak Tidak Bisa Lepas dari Gadget
Bermula pada saat pandemi, anak-anak terbiasa menggunakan handphone untuk mengakses pembelajaran di sekolah. Anak-anak yang biasanya belajar dengan carat atap muka di sekolah, harus beralih menggunakan ponsel untuk kegiatan belajar sehari-hari.
Sejak saat itu, anak-anak Mbak Henny cenderung tidak bisa lepas dari gadgetnya. Setiap hari, ada saja alasan yang mereka buat untuk bisa meminjam handphone miliknya atau suaminya.
Penerapan Aturan Penggunaan Gadget di Rumah
Mbak Henny dan suami sebenarnya sudah menerapkan aturan penggunaan gadget di rumah. Anak-anak sudah dibatasi hanya bisa menggunakan gadget selama 1 jam di setiap hari Sabtu.
Mbak Henny menyadari bahwa anak-anaknya masih berada di fase tumbuh kembang yang mana harus lebih banyak melakukan sosialisasi secara langsung. Oleh karenanya, sebisa mungkin beliau membatasi penggunaan gadget untuk anak-anaknya.
Memperketat Aturan Penggunaan Gadget
Pada saat mengakses handphone, muncul berbagai pop up maupun iklan games yang berseliweran. Ini membuat anak-anak penasaran dan tertarik untuk mencobanya. Dimulai dari game edukatif sederhana, selanjutnya anak-anak semakin ingin bermain permainan yang lebih menantang.
Setelah mengetahui anak-anaknya semakin kecanduan bermain games di handphone, Mbak Henny dan suami pun mulai menerapkan aturan yang lebih ketat dalam hal penggunaan gadget. Misalnya, dengan memberlakukan syarat dan ketentuan sebelum diperbolehkan bermain games.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berlangsung lama karena anak-anak bisa mencari celah. Bahkan, pada saat-saat tertentu, anak-anak sudah bisa menolak dengan berbagai alasan. Hal ini membuat aturan dari Mbak Henny dan suami pun kembali melonggar.
Mencari Win-win Solution
Akhirnya, Mbak Henny dan suami menemukan win-win solution yang mereka terapkan hingga saat ini. Cara-cara ini ternyata cukup berhasil membuat waktu penggunaan gadget pada anak-anak menjadi lebih tertata:
“Mau tidak mau saya harus tau, mereka menginstall games apa di handphone. Bahkan, saya ikut main bersama dan anak-anak antusias mengajarkan saya bermain games.”
1. Buat Agenda Bermain Bersama
Cara pertama yang dilakukan adalah membuat jadwal kegiatan bersama keluarga yang tidak melibatkan gadget. Misalnya dengan jalan-jalan berkeliling rumah, makan bakso atau mie ayam di luar rumah, dan sebagainya.
2. Ngobrol Bareng
Memperbanyak family time dan family meeting juga cukup efektif dalam membuat anak-anak lupa dengan aktivitas bermain gadget. Ibu bisa memberikan nasihat dengan cara-cara yang menyenangkan dan ayah juga bisa memberikan contoh aktivitas lain yang juga menyenangkan selain bermain handphone.
3. Memberikan Contoh
Ada kalanya, Mbak Henny dan suami harus menunjukkan pada anak-anak dampak buruk seperti apa yang akan terjadi jika anak-anak terlalu sering bermain handphone.
Dengan memberikan contoh konkret, misalnya melalui video, anak-anak pun jadi lebih paham mengapa kedua orang tuanya memberi Batasan soal penggunaan gadget.
Pengalaman Mbak Henny di atas dapat Sahabat Ipedia saksikan dalam Sate Super Eps 39 Segmen Sater Talk – Anak dan Dunia Digital. Videonya bisa ditonton di link berikut:
Comments