Pelecehan seksual yang dilakukan oleh orang-orang terdekat terhadap perempuan masih saja terjadi. Korban bahkan sering kali disalahkan dan tidak diberikan hak untuk berbicara. Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah dan memulihkan mental para korban pelecehan seksual ini?
Hai Sahabat Ipedia!
Belakangan ini, berita mengenai pelecehan seksual yang terjadi di sekitar kita semakin marak. Tak hanya dari kalangan selebriti, anak-anak hingga mahasiswi pun menjadi korban predator tak bertanggung jawab.
Isu ini hadir dan dibahas dalam Podcast Dunia Perempuan Episode 13 bersama Host Keukeu dan Ruslinda Desiana, M.Psi, CBC, CPBC, sebagai narasumber.
Apa yang menyebabkan pelecehan seksual ini masih saja terjadi? Bagaimana cara mencegahnya dan apa saja yang bisa dilakukan untuk memulihkan mental para korban?
Korban Pelecehan Seksual Disalahkan, Mengapa Demikian?
Di Indonesia, ada banyak sekali korban pelecehan seksual yang tidak berani untuk speak up. Salah satu alasannya adalah karena justru korbanlah yang akan disalahkan oleh lingkungan, bahkan terkadang oleh orang-orang terdekatnya. Mengapa demikian?
Ruslinda Desiana, yang kerap disapa Runa, menjelaskan beberapa faktor sebagai berikut:
Keluarga korban tidak percaya dengan apa yang disampaikan oleh korban bahwa dirinya merupakan korban pelecehan seksual.
Keluarga korban sebenarnya percaya namun denial karena berbagai macam hal.
Rasa malu yang dirasakan oleh keluarga korban karena menganggap kejadian pelecehan tersebut adalah aib keluarga yang tidak boleh tersebar.
Budaya di Indonesia yang masih kental dengan patriarki.
Hal-hal demikian membuat korban tidak hanya merasa terintimidasi namun juga takut untuk berbicara mengenai hal tersebut.
Cara Memulihkan Mental Korban Pelecehan Seksual
Di negara kita, salah satu solusi yang sering ditawarkan untuk menyelesaikan masalah pelecehan seksual ini adalah dengan menikahkan pelaku dengan korban. Jika keduanya tidak berasal dari satu keluarga. Namun, jika masih satu keluarga, korban diminta untuk memaafkan pelaku dan hidup sebagaimana sehari-hari.
Hukum Tuhan lebih tinggi di atas semuanya. Kalau dia menabur yang jelek pasti dia akan menuai yang jelek. Pastinya Tuhan tidak tidur.
Baca juga: Fenomena Bullying di Sekolah
Ini sangat tidak dianjurkan. Hal ini dikarenakan mental korban pelecehan seksual yang sangat terguncang dan trauma yang dialaminya. Mbak Runa memberikan opininya dari sisi psikologis kalau seharusnya korban tidak boleh didekatkan dengan pelaku pelecehan seksual tersebut.
Salah satu cara menjauhkannya adalah dengan speak up dan melaporkan ke polisi. Namun, hal ini merupakan keputusan besar di mana akan ada konsekuensi yang mungkin mengikuti.
Korban juga harus mendapatkan bantuan dari profesional. Dukungan dari keluarga pun sangat dibutuhkan, salah satu caranya adalah dengan tidak kembali mengungkit kejadian traumatis tersebut.
Cara Mencegah Pelecehan Seksual Sejak Usia Dini
Kejahatan terjadi karena kesempatan. Di mana laki-laki sangat rentan terhadap hal-hal yang berkaitan dengan seksual. Oleh sebabnya, untuk orang tua dianjurkan untuk membekali anak-anak dengan pendidikan seksual.
Mbak Runa juga menekankan pentingnya membangun hubungan yang baik dengan anak-anak. Tujuannya adalah agar anak-anak terbiasa ngobrol dan membicarakan apapun dengan orang tuanya.
Dampak Terjadinya Pelecehan Seksual
Pelecehan seksual ini berdampak besar tak hanya untuk korban tapi juga pelaku. Ditambah lagi, kasus ini bukanlah kasus yang mudah dan cepat ditangani karena membutuhkan dua jenis alat bukti. Hal ini membuat banyaknya kasus pelecehan seksual tidak terselesaikan.
Apa dampaknya jika hal ini sampai terjadi, baik pada korban tapi juga pelaku? Alat bukti apa yang dibutuhkan untuk bisa membawa kasus pelecehan seksual ini ke ranah hukum? Hukuman apa yang tepat bagi para pelaku?
Simak selengkapnya dalam tayangan Podcast Dunia Perempuan Episode 13 “Waspada, Pelecehan Seksual di Sekitar Kita” berikut ini:
Comments