Ditulis oleh: anggi yuv
Ada banyak penyebab perempuan rentan mengalami gangguan kesehatan mental. Kenali sebabnya dan bagaimana cara penanganannya di artikel berikut ini.
Disclaimer : Beberapa informasi dalam berita ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri atau hal mengancam lainnya, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.
Hai Sahabat Ipedia!
Kesehatan mental merupakahan kesehatan yang berkaitan dengan kondisi emosi, kejiwaan, dan psikis seseorang. Bila terjadi masalah pada kesehatan mental bisa mengubah cara seseorang dalam mengatasi stres, berhubungan dengan orang lain, membuat pilihan, dan memicu hasrat untuk menyakiti diri sendiri.
Di bulan Oktober lalu, terdengar berita duka dari Semarang, Jawa Tengah, atas meninggalnya seorang mahasiswi berusia 20 tahun dengan cara melompat dari lantai 4 Mall Paragon Semarang. Berita gangguan mental health sejenis ini misrisnya banyak ditemukan pada perempuan. Hal ini membuat kita bertanya-tanya, mengapa hal demikian bisa sering terjadi?
Perempuan Lebih Rentan Alami Gangguan Mental Health?
Pada Podcast Dunia Perempuan - IPEDIA, Indah Laras selaku host acara berbincang hangat dengan salah seorang psikolog, yaitu Mifta Sugesti, M.Psi, M.Sc, Psikolog. Menurut pendapat psikolog klinis anak dan remaja ini, faktor yang mempengaruhi kesehatan mental secara umum adalah sosial ekonomi. Walaupun kesehatan mental dialami secara individu, tetapi situasi sosial lingkungan juga mempengaruhi.
Lulusan Program Master Social Physcology, Lancester University United Kingdom ini melanjutkan bahwa di Indonesia perempuan itu diharapkan atau dituntut untuk menjadi ibu yang baik, untuk menjadi istri yang baik, dan banyak tuntutan lainnya, begitu ujarnya. Tak cukup sampai disitu, saat ini bahkan ada tuntutan untuk perempuan ikut mencari nafkah, untuk memperoleh pencapain tinggi (high achieving) seperti teman-teman sesama perempuan yang lain, bahkan capaian-capaian seperti prestasi anak juga menjadi beban ibu.
Karena tekanan dan tuntutan sosial yang begitu besar inilah penyebab perempuan lebih rentan mengalami gangguan kesehatan mental dibandingkan laki-laki. Perempuan yang akrab disapa Mbak Mifta ini menuturkan bahwasanya berat bagi perempuan menghadapi semuanya tanpa ada kapasitas diri dan dukungan sosial yang memadai.
Apakah Budaya Indonesia Berpengaruh Pada Kesehatan Mental?
Mbak Mifta menjelaskan bahwasanya masalah kesehatan mental ini terjadi di seluruh dunia. sehingga faktor budaya (culture) di indonesia bukanlah faktor penyebab utama terjadinya kesehatan mental pada perempuan.
Perempuan acapkali mengalami kelebihan beban mental atau mental load. Misalnya saat ia ingin minum lalu membuka lemari pendingin, otak perempuan bisa langsung memindai seluruh isi kulkas dan menemukan fakta kalau tomat habis, bawang habis, dsb. Padahal awalnya ia hanya ingin mengambil minum saja. Ini adalah salah satu bentuk mental load dan hal ini melelahkan untuk perempuan.
Ibarat memegang tempat pensil, yang kita asumsikan ringan, dengan satu tangan. Jika hanya sebentar tidak terasa melelahkan, tetapi setelah berjam-jam lengan akan mulai lelah, punggung dan leher mulai terdampak. Kemudian rasa lelah dan sakitnya mulai merambat ke area tubuh lainnya. Jika kita tidak sempat istirahat, merawat diri dan kelelahan, masalah mental load ini akan menjadi masalah besar.
Bagaimanapun peran kita, sesuka apapun kita menjalaninya, kita butuh istirahat, kita butuh merawat diri.
Lalu bagaimana cara kita sebagai perempuan perlu menyikapinya? Bagaimana pula cara kita sebagai perempuan membekali diri dan keluarga untuk membangun kesadaran akan kesehatan mental ini?
Simak diskusi lengkapnya di Podcast Dunia Perempuan #15: Darurat Mental Health Bagi Perempuan bersama mbak Mifta Sugesti, M.Psi, M.Sc, Psikolog berikut ini:
Comments